Kamis, 21 Februari 2013

berbagi tentang karya tulis


-- Oktober 2012

Masa Orientasi Calon Anggota Baru Lembaga Kajian Mahasiswa semakin dekat. Mahasiswa-mahasiswi baru yang ingin menjadi anggota LKM mulai sibuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.  Salah satu tugasnya adalah membuat mini karya tulis. Mungkin ini adalah hal yang membingungkan bagi para mahasiswa baru.

Saya ingin mencoba membagi apa yang bisa saya bagi. Bukan tentang teknik penulisan karya tulis dengan detailnya. Bukan juga cara mendapatkan ide yang kreatif. Melainkan sedikit gambaran proses yang pernah saya alami ketika membuat karya tulis. Sederhana sebenarnya, tanpa bermaksud menggurui, hanya ingin berbagi.

Untuk memulai sebuah karya tulis, kita bisa berangkat dari sebuah masalah. Coba lihat sekeliling kita, bayangkan apa yang saat ini terjadi di masyarakat kita. Ada masalah apa sih? Kira-kira ada hal apa yang begitu problematic di masyarakat. Nah, masalah ini bisa kita persempit lingkupnya. Misalnya, kita ingin membahas masalah lingkungan, atau masalah kesehatan.

Setelah mendapatkan masalah yang ingin kita angkat dalam karya kita, kita mulai mendalami masalah tersebut. Misalnya, kenapa masalah ini bisa terjadi? Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam masalah ini? Seberapa parah kondisi masalah tersebut di masyarakat? Jangan lupa memasukkan fakta-fakta atau bukti yang terjadi di realitas ketika menjabarkan masalah. Kita tidak bisa toh asal bicara bahwa terdapat masalah di masyarakat, tanpa memberikan bukti yang nyata.

Dengan mendalami masalah, kita menjadi tahu apa yang salah dalam fenomena tersebut. Untuk menjustifikasi hal tersebut salah, tentu kita perlu juga menjabarkan apa yang benar atau idealnya terjadi di masyarakat. Kita bisa mencari teori-teori pendukung dari pernyataan ideal tersebut. Hal ini tentu saja berguna sebagai pertanggungjawaban kita, bahwa yang kita katakan bukan sekadar pernyataan asal, melainkan hal yang memiliki dasar.

Setelah mengetahui apa yang ideal dan membandingkannya dengan realita, kita bisa memancing pikiran kita untuk menghasilkan ide-ide yang kreatif. Idea apa? Tentu saja ide yang bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah yang telah kita jabarkan di bagian sebelumnya. Jangan takut untuk memberikan ide. Kalau ide kita tidak bisa mengatasi masalah seutuhnya, setidaknya ide kita tersebut bisa kontributif untuk mengurangi dampak dari masalah yang terjadi.

Nah, ide ini juga harus dijabarkan dengan jelas dan se-eksplisit mungkin. Seperti apa ide nya? Bagaimana ide ini bisa dijalankan? Pihak mana saja yang bisa berperan? Apa dampak yang bisa dirasakan dengan ide ini? Dan sebagainya. Biasanya ide/gagasan dalam karya tulis ini menghasilkan luaran. Luaran ini bisa berbentuk rancangan program atau prototype dari gagasan kita.

Berikut sedikit contoh dari pengalaman saya. Tahun 2009, saya mengikuti Orientasi Anggota Baru LKM UNJ. Salah satu tugas saya membuat karya tulis juga. Pada saat itu, kelompok saya mendapatkan tema Pendidikan. Saya dan teman kelompok sepakat mengangkat masalah Ujian Nasional (UN) yang pada saat itu begitu problematic dan menimbulkan banyak pro kontra.

Pertama, kelompok saya mulai dengan mendalami masalah UN. Kami menjabarkan bagaimana UN dengan standar baku nilainya menjadi sebuah parameter untuk menilai hasil belajar siswa. Kami menjabarkan malasah-masalah apa saja yang kemudian timbul dengan adanya kebijakan ini. Misalnya, bagaimana UN mematikan potensi anak didik dengan hanya mengejar nilai, bagaimana standar UN membuat para siswa stress hingga bunuh diri, serta bagaimana UN pada akhirnya mendegradasi makna pendidikan.

Kedua, kelompok saya mendalami teori-teori pendidikan untuk mengetahui bagaimana idealnya sebuah sistem evaluasi pendidikan. Bagaimana idealnya sebuah siswa diarahkan kemudian dievaluasi hasil belajarnya.

Ketiga, Kelompok saya mendapatkan ide untuk membuat sistem evaluasi pengganti UN, yaitu melalui Ujian Akhir Sekolah (UAS) berbasis Dermatoglyphics Multiple Inteligences (DMI). UAS berbasi DMI merupakan sistem ujian yang dilaksanakan oleh pihak internal sekolah dan dijadikan dasar untuk kelulusan (menggantikan UN). Dalam UAS ini, siswa akan diuji berdasarkan intelegensi yang dimilikinya. Intelegensi siswa dapat diketahui dengan tes DMI ini. Artinya, hasil tes DMI akan dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi terhadap siswa.

Penjelasan lebih detail tentang karya kelompok saya yang saat ini mungkin bisa dibilang sudah outdated itu, bisa dibicarakan di forum lain yah. Mengenai format penulisan karya tulisnya juga bisa berbeda-beda, tergantung permintaan. Umumnya, yang pasti terdapat bagian pendahuluan yang berisi latar belakang dan rumusan masalah, kemudian ada bagian landasan teori, analisis, gagasan, luaran, hingga kesimpulan, dan saran (bisa didiskusikan lebih lanjut).

Selamat menulis kawan. Kibarkan semangat mu J

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar