Pencarian Fahrezi tertunda hingga beberapa minggu. Hal ini lantaran aku yang terlalu sibuk dengan proyek-proyek pencapaian mimpi ku. Bahkan, aku sempat jatuh sakit selama hampir seminggu. Tidak dapat beraktivitas, hanya bisa beristirahat dan istirahat. Semakin ku sering merasa bosan, sesering itu juga Tarra mengirimi ku sms “Reminder”. Reminds me to eat, to pray, and to sleep. Ohya, selama beberapa minggu ini juga Tarra sudah pindah dari kampus kami. Dia harus ke luar negeri mengikuti ayahnya yang memang bertugas dinas di sana.
Sebelum sakit, aku sempat mengunjungi salah satu distro di bilangan Tebet. Distro yang menerima hasil design Fahrezi. Begitu sih menurut ceritanya. Namun, aku tak menemukan petunjuk apa pun di sana. Sampai suatu ketika, temanku yang bekerja part time di sebuah Event Organizer (EO) memintaku menemaninya ke salah satu universitas swasta di daerah Kuningan. Ia hendak mengurus perizinan untuk mengadakan event di kampus tersebut. Ketika aku mendengar nama universitasnya, langsung saja aku iya kan permintaan teman ku itu. Ya, tentu saja aku mau, kampus itu adalah tempat di mana Fahrezi mengenyam pendidikan. Selama ini, aku tak pernah diajak ke kampusnya, sedangkan ia seringkali menemui ku di kampus ku.
Yap, ini kesempatanku untuk melanjutkan pencarian terhadap si Bundaran HI. Tapi sebentar, mungkin hingga saat ini kalian bertanya-tanya mengapa aku menyebutnya Bundaran HI di samping tempat itu adalah tempat pertama ku melihatnya. Bundaran HI, Landmark kota Jakarta yang menjadi favoritku karena kemegahannya. Begitu juga dengan Fahrezi, baginya dan teman-teman fotografernya, Bundaran HI adalah tempat favorit. Mereka sering hunting foto di sana, dan Fahrezi bangga akannya.
*
Waktu menunjukan pukul 15.00. Aku dan temanku, Rana namanya, menunggu bus Trans Jakarta yang akan mengantarkan kami ke kampus Fahrezi. Selama perjalanan, kami membicarakan banyak hal, terutama mengenai asa dan cita kami. Sesampainya di halte depan kampus tujuan, jantung ku berdebar, ia berdetak cepat. Apakah ini suatu kewajaran ataukah pertanda? Hm,,entahlah.
Kami memasuki kampus yang menurutku lebih mirip gedung perkantoran. Rana segera mengurus apa yang harus diurusnya. Sedangkan aku sibuk melihat sekitar untuk mencari kalau-kalau ada sosok si Bundaran HI.
“Mba, kalo jurusan Komunikasi di sebelah mana ya kelasnya?”, tanyaku pada seorang mahasiswi yang sedang duduk di koridor.
“Oh, komunikasi. Di gedung ini juga, tapi kayanya gak ada deh anak-anaknya!”
“Ohya? Memang tidak ada kuliah?”
“Kata teman aku yang anak Komunikasi si, mereka gak ada jadwal hari jum’at.”
“Ah masa? Kata temen aku, ada ko!”, aku merasa kurang percaya, karena seingatku Fahrezi pernah bilang ada jadwal hari Jum’at.
“Oh gitu. Yaudah ditunggu aja. Nyari temennya yah? Emang ga janjian?”
“Iya, emang gak janjian sih”.
“Kenapa gak di-sms aja?”
“Oh, HP nya mati, lowbat.”, jawabku sekenanya. Padahal aku tak tahu lagi nomor HP si Bundaran HI itu.
“Emang temennya angkatan berapa? Siapa tau aku kenal. Aku Uthe, jurusan Akuntansi 2010.”
“Ohya, saya Neysha. Teman saya angkatan 2008”
“Komunikasi 2008?????????”, tanya nya dengan ekspresi sangat heran.
“Iya, memang kenapa?
“Setahu saya, jurusan Komunikasi itu baru ada tahun 2010.”
“Oh, begitu ya. Terimakasih”, ucapku menutup pembicaraan.
Aku begitu kaget mendengar berita tersebut. Kontan saja aku bergegas mencari Rana untuk mengajaknya cepat pulang. Di bus, aku membuka Google search dari HP ku. Benar saja, yang dikatakan Uthe, jurusan tersebut memang baru dibuka tahun 2010. Lantas, Fahrezi kuliah dimana? Jurusan apa? Apakah ia berbohong? Untuk apa?
*
To be continued
Baca juga Bundaran HI Part 1http://www.facebook.com/note.php?note_id=428955144388
Part 2 http://www.facebook.com/note.php?note_id=435341744388
:)
0 komentar:
Posting Komentar