Jumat, 13 Agustus 2010

Tugas Feature OAB LKM 2009

“Qoryah Thoyibah” ; Sekolah Kebebasan dengan Sejuta Karya
Oleh Nadia Nurfadilah

Di sebuah desa kecil di kelurahan Kalibening, Tingkir, Salatiga, yang berletak 3km dari pusat kota, terdapat sebuah sekolah bernama “Qoryah Thoyibah) . Sebuah sekolah kebebasan dengan sejuta karya. Sekolah yang menganut sistem kebebasan pelajaran, namun tetap berkomitmen pada mutu.

Lahirnya sebuah community schooling ini dilatarbelakangi oleh keluhan para orang tua, setelah anak-anak mereka tamat dari Sekolah Dasar (SD). Mereka mengeluhkan biaya untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama(SMP) yang tergolong mahal, namun kualitas pengajaran di sekolah tersebut belum terjamin. Oleh karena itulah, lahir sebuah ide untuk menyelenggarakan sekolah komunitas bagi anak-anak mereka yang baru tamat SD. Sekolah komunitas tersebut, mereka beri nama “Qoryah Thoyibah”.

Pertama kali ide ini muncul, mendapat penolakan dari masyarakat sekitar.”Enggan coba-coba untuk anak”, begitu ucap mereka. Namun, ada 12 orang yang pro terhadap ide mendirikan QT. Mereka merealisasikan ide tersebut. Mendidrikan sebuah sekolah komunitas mandiri yang menggunakan internet sebagai salah satu fasilitas belajarnya, memiliki orientasi ke depan yang baik, serta bertujuan untuk mengembangkan intelegensi anak tanpa sedikit pun pengekangan. Pendiri-pendiri QT ini yakin bahwa untuk pembelajaran yang lebih baik, memang dibutuhkan sarana yang baik pula. Maka, mereka tak keberatan untuk menyediakan fasilitas internet bagi peserta didik mereka.
Di QT, tidak terdapat lapangan untuk upacara bendera, anak-anak bersekolah tanpa mengenakan seragam, dan tidak ada silabus/jadwal pelajaran. QT menginginkan peserta didik belajar maksimal, namun tetap sesuai kebutuhan dan keinginan mereka. Hal ini membuat peserta didik lebih enjoy dalam belajar.

QT juga menyediakan forum-forum bagi peserta didik. Forum-forum tersebut seperti teater, forum diskusi, forum musik, dan sebagainya. Untuk penamaan forum tersebut, diserahkan kepada siswa. Contoh nama yang diberikan oleh siswa untuk forum tersebut adalah “teater gedek”. Para siswa bebas untuk mengikuti forum-forum yang mereka suka. Forum-forum ini memiliki peluang yang sangat besar untuk melihat minat dan potensi setiap siswa, sehingga QT bisa membantu para siswa didik mewujudkan minat dan potensi mereka.

Proses pembelajaran di QT dilakukan di mana saja, entah di dalam ruang tertutup, entah di ruang terbuka. Baik secara individu maupun berkelompok. Bahkan, dalam satu ruangan bisa terdapat beebrapa kelompok siswa yang belajar pelajaran yang berbeda-beda. Mereka saling berdampingan, seperti wujud dari Bhineka Tunggal Ika.

Pembelajaran di QT bukannya tanpa hasil. Para peserta didik menciptakan hasil yang beragam dari proses pembelajaran yang telah mereka jalani. Ada yang menulis novel, komik, bahkan ada juga yang membuat film. Orientasi dari proses pembelajaran yang mereka jalani adalah untuk kehidupan, bukan orientasi pada nilai, seperti siswa-siswa di sekolah umum yang berorientasi kepada nilai UJian Nasional yang merupakan syarat kelulusan. Namun, tidak berarti para siswa di QT tidak pernah ikut serta dalam Ujian Nasional.

Beberapa siswa Qt pernah ikut serta dalam UJian Nasional. Tetapi kemudian mereka menyadari lebih asik berkarya daripada sibuk mengejar nilai dalam Ujian Nasional. Mereka tidak mau lagi ikut serta dalam Ujian Nasional. Mereka memilih untuk tetap menjaga kearifan lokal mereka, namun tetap diikuti pandangan global.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar