Sabtu, 23 Januari 2010

Resensi Buku "Guncangan Besar"

RESENSI BUKU

Judul : Guncangan Besar
Pengarang : Francis Fukuyama
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2005
Tebal Halaman : xvii + 348 halaman
Lampiran + Daftar pustaka hlm. 349 – 447

Buku berjudul Guncangan Besar ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama membahas mengenai apa yang disebut Fukuyama sebagai guncangan besar (The Great Disruption). Bagian dua tentang asal usul Moral. Bagian ketiga tentang pemulihan dari guncangan besar itu sendiri.

Di bagian pertama, Fukuyama menjelaskan bagaimana guncangan besar yang terjadi ketika system kapitalisme meluas dan mengikis modal social sekitar tahun 1960-an dan 1970-an. Hal ini ditandai dengan menipisnya kepercayaan antar sesama manusia, kecurigaan dan kecurangan yang merebak, tingginya tingkat kriminalitas, perceraian, dan kehancuran hidup rumah tangga.

Bagian kedua, keluar dari masalah guncangan besar. Fukuyama membahas tentang asal-usul moral. Bagaimana moral itu terbentuk, rentang norma, serta kodrat manusia. Fukuyama juga membahas asal muasal kerja sama yang dimulai dari pertalian darah, asas timbal balik, dan alas an-alasan lainnya.

Bagian ketiga, kembali kepada guncangan besar. Apa yang terjadi setelah guncangan, apakah kita ditakdirkan tergelincir ke dalam kekacauan social dan moral yang semakin besar? Guncangan disusul dengan penataan kembali tatanan social. Apa pun motivasinya, manusia senantiasa membangun kembali modal social setelah terkikis oleh perubahan besar.

Fukuyama mengajak kita untuk melihat berbagai perubahan penting yang terjadi dalam masyarakat. Dalam setiap proses transisi masyarakat, akan muncul kecemasan dan harapan yang kadang berlebihan. Hal ini bisa kita hindari dengan berpikir objektif dan sistematis.

(nnf)

Selasa, 12 Januari 2010

potret kultural mahasiswa UNJ

“Si Jadul berbokong montok”, yang tetap dicintai

Oleh : Nadia nurfadilah

 

Adakah yang berbeda dari mahasiswa-mahasiswa UNJ yang mengendarai motor ke kampus?  Ya, jenis motornya. Mereka memiliki selera motor yang berbeda. Beberapa dari mereka tetap mencintai jenis motor berbokong montok yang sudah sangat jadul.

Bila kita memperhatikan mahasiswa UNJ yang menggunakan motor, kita akan menemukan mayoritas dari mereka menggunakan sepeda motor jenis bebek atau matic. Honda, Suzuki, Yamaha selalu kita temukan di tempat parkir motor. Tapi, ada juga satu jenis motor berbeda yang akan kita temukan di sana. Motor keluaran jadul(jaman dulu), tapi tetap diminati cukup banyak orang.

 Vespa atau biasa juga disebut Scooter. Jenis motor inilah yang saya maksud. Cukup banyak  mahasiswa UNJ yang menggunakan motor Vespa. Terdapat perbedaan selera jenis motor di antara para mahasiswa tersebut. Dari sekian banyak mahasiswa yang menggunakan motor, ada beberapa yang lebih memilih menggunakan motor vespa.

Si Jadul yang unik ini, digunakan para mahasiswa dalam kegiatannya sehari-hari. Pergi ke kampus, berkunjung ke rumah teman, atau sekadar nongkrong-nongkrong  di tempat makan favoritnya. Mereka suka mengendarai kendaraan yang berbokong montok ini. “Gue ngerasa lebih ganteng kalo naik vespa! Pede banget deh rasanya! Gue jadi ganteng kaya si Rangga di film AADC!”, celoteh Nanda, salah satu mahasiswa UNJ.

Begitulah pendapat mahasiwa yang menggunakan vespa sehari-hari ke kampus. Mereka merasa lebih pede saat mengendarai vespa. Mereka merasa asik untuk naik vespa. “Asik aja naik vespa! Gue lebih milih naik vespa daripada motor gue yang lain!”, cerita Nanda, yang mengaku mempunyai motor-motor jenis lain di rumahnya.

Beda Selera

Pilihan dan selera menggunakan motor ini, memang tidak dapat kita banding-bandingkan. Seperti pepatah, “de gustibus non est disputandum – selera tidak dapat diperdebatkan”. Jika banyak mahasiswa yang merasa lebih keren menggunakan motor-motor keluaran terbaru seperti Yamaha Vixion, maka tak sedikit pula yang merasa vespa itu lebih keren.

Para pengendara vespa di lingkungan kampus UNJ tidak merasa minder karena menggunakan motor jadul. Mereka justru lebih pede dan nyaman menggunakan si jadul itu. Walau sepeda motor bar u terus bermunculan,  penggemar vespa tetap bangga dengan vespa dan tak pernah merasa ketinggalan zaman.

Mereka kebanyakan mengaku jatuh cinta dengan skuter bermerek Vespa karena desain bodi yang dianggap unik, mesin yang praktis, serta ban serep yang mudah dipasang jika ban kempes. “Mesinnya mudah, praktis! Gue ngerti gimana benerinnya kalo ini motor kenapa-kenapa”, ucap salah satu pengguna vespa di UNJ.

 

SPD (Scooter Pendidikan)

Seperti halnya di wilayah jabodetabek yang telah memiliki sekitar 80 klub penggemar vespa, di lingkungan kampus UNJ pun, terdapat klub pecinta vespa. Para pecinta Vespa ini menamakan dirinya “SPD (Scooter Pendidikan)”. SPD mempunyai kegiatan untuk touring bersama pada moment moment tertentu. Contohnya, pada bulan Ramadhan yang lalu, mereka mencanangkan kegiatan touring ke Anyer.

Tak hanya touring bersama, SPD juga biasa nongkrong-nongkrong bersama di lingkungan kampus. Siang hari di depan gedung FIS, malam hari di depan BNI. Terjalin rasa persaudaraan dari sini. Tak hanya berskuter bersama, mereka juga merasa bersaudara.

Walau banyak sekali produk motor yang tersedia di pasaran, konsumen tetaplah mempunyai preferences&tastes-nya sendiri. Begitu pula dengan beberapa mahasiswa UNJ yang lebih memilih mengendarai  si jadul yang berbodi unik ini.

 

resensi buku lama

RESENSI BUKU

 

Judul                           : Gejolak Kapitalisme

Pengarang                   : Drs. Freddy Yuliharto

Penerbit                       : PT Golden Terayon Press Jakarta

Tahun                          : 1986

Tebal Halaman            : xiii + 85 halaman

                                     Daftar pustaka hlm. 86-88

 

Buku berjudul Gejolak Kapitalisme ini berisi paham perekonomian kapitalis baik di negara maju maupun berkembang, serta gejolak-gejolak yang terjadi selama masa kapitalis tersebut, seperti muncul ajaran Marxisme, perebutan pengaruh Kapitalis dengan Sosialis, hingga gambaran masyarakat kapitalis masa depan.

Buku ini dimulai dengan cerita ketika Mao Zedong memulai eksperimen sosialis dalam pembangunan di daratan Cina dan berkembangnya konsep Kapitalisme di Barat. Buku ini mengkaji dua gejala yang berseberangan arah, yaitu sosialis dan kapitalis, tetapi berada dalam kurun waktu dan momentum yang hampir bersamaan. Dilanjutkan dengan pergeseran nilai-nilai sosialisme, demokrasi, dan kepemilikan saham oleh kaum buruh. Jadi, kaum buruh tidak hanya dijadikan pekerja/alat untuk memperbesar perusahaan tapi juga ikut menyimpan sebagian dari yang dihasilkan. Pengusaha-pengusaha di negara kapitalis juga banyak yang memiliki Yayasan dalam upaya menyalurkan bantuan kepada masyarakat miskin di seluruh pelosok dunia. Hal ini mendeskripsikan ide kapitalis tidaklah serakah, melainkan juga penuh pertimbangan kemanusiaan.

Marxisme lahir sebagai reaksi terhadap keburukan-keburukan Kapitalis. Marx menyusun skenario kehancuran kapitalisme, namun dalam perjalanan kurun waktu, ramalan Marx banyak meleset, malahan eksistensi kapitalisme semakin kuat. Kapitalisme bangkit, Teori Marx pun runtuh. Ideologi memudar, apa pun perbedaan antara orang-orang kapitalis dan sosialis, mereka sama-sama percaya bahwa cara terbaik untuk menambah kemakmuran individu adalah dengan memperbesar kemakmuran umum. Setelah bergesernya nilai ideologi, perhatian masyarakat dunia beralih pada penciptaan model-model pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya dan juga yang mendapat dukungan referensi ilmiah dari hasil-hasil penemuan ilmu dan teknologi.

Gambaran Pemerintahan negara Kapitalis di masa depan mirip “Pengembala” yang menggiring swasta menuju negara sejahtera. Pemerintah menguasai sumber-sumber alam, penyediaan ilmu dan teknologi, sember-sumber informasi, kebijaksanaan serta tata aturan bisnis. Sebaliknya, swasta menguasai kapital, kemampuan mengelola potensi ekonomi dan memenuhi kewajiban memberi kontribusi besar kepada negara melalui pajak.

Jadi, buku ini merupakan hasil kajian para ahli yang kemudian disusun secara sistematis untuk memudahkan pemahaman pembaca. Gagasan-gagasan yang dituangkan dalam buku ini memberikan kesimpulan bahwa akhirnya kapitalisme lah yang akan memenangkan percaturan ideologi di dunia. Untuk memahami perbedaan paham sosialis dengan kapitalis secara lebih mendalam, ada baiknya buku ini dijadikan salah satu referensinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


apalah arti cinta???

Apalah arti cinta itu??????

Jika saya bertanya, “apakah Anda pernah merasakan cinta?”. Tentulah “iya”, jawaban Anda. Tapi, tahukah Anda apalah arti cinta itu?

Sebelumnya, saya ingin menegaskan bahwa cinta yang saya maksud di sini adalah cinta dari seorang pria kepada wanita, atau sebaliknya. Bukan cinta pada orang tua, keluarga,atau sahabat.

Setelah lima bulan menginjaki umur saya yang ke-17, saya mulai bertanya-tanya tentang suatu hal, yang dibilang orang sangat indah itu. Mulai terjadi gejolak-gejolak di hati saya untuk membenarkan atau mengingkari setiap perkataan orang mengenai hal tersebut. Cinta. Hal itulah yang membuat saya penasaran. Apakah benar cinta itu indah? Apa benar ada cinta yang sejati?

 “Cinta itu sangat indah, mampu membuat kita begitu bahagia”, begitulah pendapat kebanyakan orang. Muncul pertanyaan di benak saya, apa iya cinta itu sangat indah? Tidak pernah menyakitkan kah? Memang seperti apa cinta itu? Apa yang begitu istimewa darinya sehingga mampu membuat kita begitu bahagia?

“Cinta itu hanya datang satu kali, dan hanya untuk satu orang. Bila kita sudah mencintai satu orang, tidak mungkin kita mencintai lagi orang lain.” Ucap salah seorang tante saya. Cinta hanya datang satu kali dan untuk satu orang…Saya berusaha mencerna kata-kata tersebut. Bila cinta hanya datang satu kali, lantas bagaimana dengan orang yang selingkuh? Sebagai contoh, apabila seorang pria yang sudah mempunyai pasangan yang dicintainya, sebut saja wanita A. Kemudian sang pria bertemu dengan wanita B dan merasa jatuh cinta juga padanya. Sang pria menjalin hubungan special dengan wanita B tanpa sepengetahuan wanita A. Sang pria mengatakan kata “cinta” baik pada wanita A maupun wanita B. Lalu, sebenarnya manakah yang ia cinta?

Bila seperti di atas keadaanya, cinta itu tidak datang satu kali dong… dan bukan untuk satu orang juga. Sungguh membingungkan…

“Mungkin yang dimaksud tante mu adalah cinta yang sejati. Cinta sejati memang datang satu kali dan untuk satu orang.”celoteh seorang teman yang saya tanyai soal ini.  “Tapi yang namanya cinta sejati itu, sulit ditemukan!”, lanjutnya. “Menurut mu, kenapa orang selingkuh?”, tanya saya. “Karena mereka sengaja membagi cintanya kepada lebih dari satu orang. Kepada dua orang misalnya! Mereka melakukan itu untuk menemukan cinta sejatinya”,begitu jawaban teman saya.

Baiklah, mulai tergambarkan di benak saya seperti apa cinta itu. Cinta sejati itu memang ada. Hanya datang satu kali dan hanya untuk satu orang.

 Suatu ketika, saya merasakan gejolak di hati saya. Berdebar-debar saat menatap salah seorang pria. Ingin rasanya bisa selalu bersama-sama dirinya. Berusaha melakukan apa saja yang terbaik untuknya. Mulai dari bantuan-bantuan kecil, hingga nasehat serta dukungan ketika pria itu tertimpa masalah.

Saya berpikir, mungkin inilah cinta itu! Ya, akhirnya saya merasakannya di umur  yang saya rasa cukup. “Hm,,jadi begini ya rasanya cinta itu! Memang indah! Membuat saya ingin selalu tersenyum!”, pikiran tersebut tersirat dalam benak saya.

Tapi itu semua hanya di awal. Indahnya cinta itu hanya saya rasakan di awal. Cinta memang indah, bila kita bisa bersama dengan orang yang kita cintai. Apalagi kita tahu, bahwa orang tersebut juga mencintai diri kita. Tapi apakah selamanya bisa seperti itu? Tentu tidak jawabannya.

Adakalanya, kita harus melepaskan cinta yang kita miliki. Seperti halnya diri saya, ketika saya merasakan apa yang saya anggap cinta untuk pertama kalinya. Saya dipaksa melepaskan cinta itu. Merelakan segala keindahannya pergi. Sungguh menyakitkan. Apalah arti cinta itu? Apakah seperti ini? Katanya cinta itu indah, mengapa yang saya rasakan begitu sakit! Dari sini, saya sadar ada yang salah dari pernyataan orang-orang. Cinta tak selamanya indah. Ada kalanya cinta juga meninggalkan air mata.

Ketika kita terpaksa melepaskan cinta, kita harus siap mereguk pahitnya cinta. Seperti sebuah kalimat yang dituliskan Mira W. dalam salah satu novelnya, “Cinta bukan televisi yang bisa dimatikan ketika kita tidak sedang ingin menikmatinya.”  Ya, begitulah cinta. Tak mudah kita mematikannya. Walaupun kita sudah memutuskan untuk melepaskan cinta itu, kita tetap harus berjuang menetralkan perasaan kita agar cinta itu tidak muncul kembali. Kenangan-kenangan indah saat cinta itu bersemi pastilah terus terbayang.

Cinta memang bukan matematika yang bisa diterangkan dengan logika. Cinta seutuhnya berasal dari hati. Kadang, bukan kita yang menentukan pada siapa cinta kita akan jatuh, tapi kita tetap bisa mengatur apa yang kita lakukan terhadap cinta itu. Apakah kita akan sangat terbuai dengan cinta hingga melupakan akal sehat. Atau menikmati cinta tapi tetap didasari pikiran yang sehat.

Apabila ada yang berkata, “Cinta itu buta”, Hey boy…cinta buta, tapi kita tetap punya mata kan! Jangan biarkan diri anda dibutakan oleh cinta itu. Jangan jadikan cinta sebagai alibi anda untuk egois, untuk memiliki orang yang anda cintai sepenuhnya, atau membuat diri anda posesif, atau bahkan psycho! Tidak rela siapa pun mendekat pada orang yang anda cintai. Anda merasa wanita/pria itu milik anda seutuhnya. Waduh boy,,,gila karena cinta itu si namanya! (hehe..kidding)

Dari semua pernyataan tentang cinta yang saya dengar, saya berasumsi, cinta itu mempunyai dua probabilities(kemungkinan). Anda akan bahagia karenanya, atau sedih karenanya. Bahagia atau sedih adalah pilihan Anda. Karena Anda dapat mengatur apa yang harus anda lakukan terhadap cinta itu. Jadi, nikmatilah cinta dengan bijak,,,,,ya boy! hehe